首页 > 探索
Menyoal Bullying di Kedokteran: Mengapa Senioritas Masih Langgeng?
发布日期:2025-05-28 08:39:26
浏览次数:931
Jakarta,quickq官网下载apk CNN Indonesia--

Kematian dokter Aulia Risma Lestari, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) anestesi di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, masih jadi tanya. Ia ditemukan overdosis obat, tapi diduga ada unsur senioritas dan perundungan(bullying).

Menyoal Bullying di Kedokteran: Mengapa Senioritas Masih Langgeng?

Pihak kepolisian menyebut, Aulia menyuntikkan obat penenang ke tubuhnya. Dia dipastikan meninggal akibat overdosis obat Roculax, jenis obat anestesi peregang otot saat tindakan operasi.

Hanya saja, yang menarik dari kasus ini adalah polisi menemukan buku catatan harian Aulia. Catatan harian itu mengungkapkan kesulitannya selama kuliah kedokteran. Ia pun menyinggung perlakuan senior-seniornya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Gaduh Fenomena Bullying Dokter Magang
  • Wamenkes soal Perundungan Dokter: Profesi Mulia, Harus Hati Bersih
  • Rektor Undip Ungkap Hasil Pemeriksaan Internal Isu Bullying di PPDS

Namun, psikolog Alva Paramitha menyebut, bullyingbelum tentu dilakukan senior atau berkaitan dengan senioritas. Hanya saja, senioritas bisa saja berujung pada bullying.

"Bedanya apa senioritas dan bullying? Saya membedakannya dari tingkat ketidaknyamanan, ada intimidasi, korban merasa bahwa posisinya jadi terancam. Kalau dibilang senioritas bisa berujung ke bullying, bisa, dengan ada itu tadi," jelas Alva saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (20/8).

Kasus serupa yang dialami Aulia tidak sekali dua kali terjadi di Indonesia. Sejumlah kasus senioritas dan bullyingkerap terjadi dan tak jarang viral.

Hal ini pun seolah menunjukkan bahwa senioritas adalah budaya yang cukup mengakar di Indonesia.

Alva berpendapat, kelanggengan budaya senioritas di Indonesia tak lepas dari fakta bahwa dulu negara ini pernah mengalami penjajahan. Budaya feodal yang berlaku pada masanya juga masih kental dirasakan dan tanpa sadar dipraktikkan.

"Kita diajarkan untuk menghormati yang lebih tua, yang lebih tua [dan berpengalaman atau senior] selalu benar. Saya rasa ini rasa solidaritas yang salah. Prinsip orang tua [senior] yang selalu benar mungkin tidak lepas dari lama kita dijajah dan ada budaya feodal," katanya.

Ilustrasi Cyber bullyingIlustrasi. Praktik bullying di dunia kedokteran dikaitkan dengan budaya senioritas. (Jedidja/Pixabay)

Alva juga menyoroti budaya senioritas di tempat kerja yang sangat berdampak terhadap pekerjanya.

Dampak yang paling kentara adalah dalam hal kompetisi. Senioritas bisa memicu persaingan yang tidak sehat. Peluang buat yang lebih muda tertutup karena otomatis perlu memberikan jalan buat yang sudah senior.

"Yang junior, mau enggak mau melihat kompetisi jadi lebih tertutup, enggak percaya diri karena di atas masih ada senior, tidak ada daya juang karena menunggu seniornya lengser dulu," imbuhnya.

Melihat kasus yang terjadi pada Aulia, Alva melihat ada dugaan bahwa senioritas telah mengarah pada bullying.

Menurut Alva, senioritas yang sudah menjadi ketidaknyamanan dan mengintimidasi korban bisa sampai berakibat fatal seperti kasus Aulia.

Terlebih, saat budaya senioritas telah sampai pada kekerasan fisik, efeknya bisa berlipat ganda.

Lihat Juga :
Menkes Ungkap Ada Menteri yang Anaknya Kena Bully di Pendidikan Dokter

Membangun relasi sehat senior - junior

Alva mengatakan, senioritas ibarat sesuatu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Mata rantai senioritas perlu diputus, salah satunya dengan mengawinkan budaya Timur dan nilai-nilai baru yang lebih relevan.

"Kebudayaan yang kita miliki, kebudayaan Timur di mana sama orang [yang lebih] tua lebih menghormati, tapi bukan berarti senior akan menindas, intimidasi. Senior juga harus terbuka, sama-sama menerima kalau ada kekurangan, belajar hal baru dari junior," kata Alva.

Instansi, kata dia, perlu memberikan ruang persaingan yang sehat dan menguntungkan.

Menurutnya, trainingbaik untuk senior maupun junior layak dilakukan dalam rangka penyamarataan kemampuan sehingga memicu kompetisi yang sehat.

Proses team buildingdi mana senior dan junior dipertemukan dalam suasana lebih akrab juga perlu dilakukan. Dalam hal ini, senior dan junior bisa sama-sama berkontribusi dan memiliki peran yang seimbang.

"Di situ akan mulai punya mindsetenggak perlu ada kata senior dan junior," imbuhnya.

(els/asr)
上一篇:Senyum Andika Perkasa
下一篇:4 Tanaman yang Ampuh Mengusir Nyamuk dan Tikus Sekaligus dari Rumah
相关文章